oleh: Akhmad Sudrajat
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/04/03/mengaktifkan-siswa-dalam-belajar/
Pembelajaran aktif (active learning) tampaknya telah menjadi pilihan
utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran
aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi
pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus
berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat
menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran
siswanya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari
reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran
dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.
Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah
tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan
konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri
dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience),
meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving)
dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self)
dan dialog dengan orang lain (others)

Dialog
dengan Diri (Dialogue with Self) :
Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para
siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada
diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan
dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri,
(thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas,
dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.
Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :
Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca
buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog
dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya
sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran
pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue“
Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah
dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana
para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif.
Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru
dapat mengembangkan cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog
dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas
maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.
Mengamati (Observing) :
Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat
dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” ,
terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang
melakukan sesuatu. Misalnya, guru olah raga yang sedang memperagakan cara
menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara
browsing di internet, dan sebagainya,
Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya,
siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya
menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang
mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan
kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga
siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik
yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.
Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung”
atau “tidak langsung.” Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati
kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk
beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang
ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan
pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata,
studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk
beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi
kehidupan di sebuah bank.
Melakukan
(Doing):
Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana
siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain
bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang
ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah),
membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan
sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan”
dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung
Terkait dengan upaya mengimplementasikan konsep di
atas, L. Dee Fink menyampaikan 3 (tiga) saran, sebagai berikut:
1.
Memperluas jenis pengalaman belajar.
- Buatlah kelompok-kelompok kecil siswa dan meminta mereka membuat keputusan atau menjawab sebuah pertanyaan terfokus secara berkala.
- Temukan cara agar siswa dapat terlibat dalam berbagai dialog otentik dengan orang lain, di luar teman-teman sekelasnya (di website, melalui email, atau dalam kehidupan nyata).
- Dorong siswa untuk membuat jurnal pembelajaran atau portofolio belajar. Guru dapat meminta para siswa untuk menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa peran pengetahuan yang dipelajarinya untuk kehidupan mereka sendiri, bagaimana hal ini membuat mereka merasa, dan sebagainya.
- Temukan cara untuk membantu siswa agar dapat mengamati sesuatu yang ingin dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Temukan cara yang memungkinkan siswa untuk benar-benar melakukan sesuatu yang dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Mengambil
manfaat dari “Power of Interaction.”
Dari keempat bentuk belajar di atas, masing-masing
memiliki nilai tersendiri, tetapi apabila keempat bentuk belajar tersebut
(Dialogue with Self, Dialogue with Others, Observing, dan Doing) dikombinasikan
secara tepat, maka akan dapat memberikan efek belajar yang lebih kaya kepada
para siswa.
Para pendukung Problem-Based Learning
menyarankan kepada para guru untuk mengawalinya dengan kegiatan “Doing”, dimana
guru terlebih dahulu mengajukan berbagai masalah nyata (real problem) untuk
diselesaikan oleh siswanya. Kemudian, siswa diminta untuk berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan rekan-rekan sekelompoknya (Dialogue with Others) untuk
menemukan cara-cara terbaik guna memecahkan masalah nyata yang telah diajukan.
Setelah para siswa saling berkomunikasi dan berkonsultasi, selanjutnya para
siswa akan melakukan berbagai macam bentuk belajar sesuai pilihannya, termasuk
didalamnya melakukan Dialogue with Self dan Observing.
3. Membuat
dialektika antara pengalaman dan dialog.
Melalui pengalaman (baik melalui doing dan observing)
siswa memperoleh perspektif baru tentang apa yang benar (keyakinan) dan apa
yang baik (nilai). Sementara melalui dialog dapat membantu siswa untuk
mengkonstruksi berbagai makna dan pemahamannya.
Untuk menyempurnakan prinsip interaksi sebagaimana
dijelaskan di atas yaitu dengan melakukan dialektika antara kedua komponen
tersebut. Dalam hal ini, secara kreatif guru dapat mengkonfigurasi dialektika
antara pengalaman baru yang kaya dan mendalam dengan dialog yang bermakna,
sehingga pada akhirnya siswa benar-benar dapat memperoleh pengalaman belajar
yang signifikan dan bermakna
Sumber:
Terjemahan bebas dan adaptasi dari: L. Dee Fink. 1999. Active Learning
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/08/28/scamper-untuk-pembelajaran-kreatif-dan-inovatif/
SCAMPER adalah
suatu teknik yang dapat digunakan untuk memicu kreativitas dan membantu
para guru dalam mengatasi setiap tantangan yang mungkin dihadapi dalam setiap
melaksanakan pembelajaran siswa. SCAMPER didasarkan pada pemikiran bahwa
segala sesuatu yang baru merupakan modifikasi dari sesuatu yang sudah ada.
SCAMPERmerupakan akronim dari setiap huruf menggambarkan cara
yang berbeda dari yang sudah ada untuk memicu dan menghasilkan ide-ide baru
dalam pembelajaran, baik yang berhubungan dengan tempat, prosedur, alat, orang,
ide, atau bahkan suasana psikologis:
- S = Subtitute (Mengganti)
- C = Combine (Menkombinasikan)
- A = Adapt (Mengdaptasi)
- M = Magnify (Memperbesar)
- P = Put to Other Uses (Meletakkan ke Fungsi Lain)
- E = Eliminate (Menghilangkan atau Mengecilkan)
- R = Rearrange/Reverse (Mengatur ulang)
Subtitute adalah berusaha memikirkan dan melakukan penggantian
bagian dari masalah yang berkaitan dengan proses maupun hasil
pembelajaran, dengan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
Combine adalah berusaha memikirkan dan melakukan penggabungan dua atau lebih bagian
tertentu dari masalah yang berkaitan dengan proses maupun hasil
pembelajaran untuk menciptakan proses atau hasil yang berbeda.
Adapt adalah berusaha memikirkan dan melakukan adaptasi ide yang sudah ada untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan proses maupun hasil pembelajaran Anda,
Magnify adalah berusaha memikirkan dan melakukan untuk pembesaran atau perluasan
ide Anda yang dapat memberikan nilai tambah atau memberikan wawasan baru
tentang komponen-komponen pembelajaranapa yang paling penting.
Put to Other Uses menempatkan ide Anda saat ini ke dalam bentuk lain
sehingga dapat memecahkan masalah proses maupun hasil pembelajaran
yang Anda hadapi.
Eliminate adalah berusaha memikirkan dan melakukan penyederhanaan, pengurangan atau
penghilangan komponen-komponen tertentu sehingga Anda dapat lebih fokus pada
bagian atau fungsi yang paling penting.
Rearrange/Reverse berusaha memikirkan dan melakukan upaya penyusunan
atau penataan ulang yang berbeda dari komponen atau prosesur yang sudah ada
sehingga dapat memberikan nilai tambah dibandingkan dengan sebelumnya.
Untuk menggunakan teknik SCAMPER, terlebih
dahulu perlu dirumuskan secara jelas masalah pokok pembelajaran yang
ingin dipecahkan, ditingkatkan atau dikembangkan, baik yang
berkaitan dengan proses maupun hasil. Bisa dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, misalnya:
- “Bagaimana saya dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang saya lakukan?”
- “Bagaimana saya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran yang saya lakukan?”
- “Bagaimana saya dapat mengembangkan proses pembelajaran yang menyenangkan?”
Selanjutnya, dengan mengacu pada resep SCAMPER,
rumuskan beberapa pertanyaan spesifik yang berkaitan dengan apa yang ingin Anda
kembangkan dalam proses pembelajaran, sesuai dengan tantangan dan permasalahan
yang Anda hadapi.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan mendorong Anda untuk berpikir
secara berbeda tentang masalah proses pembelajaran yang Anda lakukan, dan
pada akhirnya Anda dapat menemukan solusi inovatif.
Berikut ini disediakan contoh format tentang beberapa
pertanyaan yang dapat diajukan dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan metode
pembelajaran yang Anda lakukan:
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
S = ”Apa yang bisa saya ganti dalam
metode pembelajaran yang saya lakukan?”
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
C = ”Bagaimana saya bisa menggabungkan
metode pembelajaran yang saya lakukan dengan metode pembelajaran lain?”
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
A = ”Apa yang bisa saya adaptasi dari
metode pembelajaran yang telah dikembangkan oleh orang lain?”
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
M = ”Apa yang bisa saya perbesar atau
perluas dari metode pembelajaran yang saya lakukan?“
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
P = “Bagaimana saya dapat menempatkan
metode pembelajaran yang saya lakukan agar dapat menghasilkan manfaat lain?”
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
E = “Apa yang bisa saya hilangkan
atau sederhanakan dari metode pembelajaran yang saya lakukan?“
|
…………………………………………………….
…………………………………………………….
…………………………………………………….
|
R = “Bagaimana saya dapat mengubah dan
menyusun ulang metode pembelajaran yang saya lakukan?“
|
…………………………………………………..
…………………………………………………..
…………………………………………………..
|
Catatan:
Tulisan ini adalah adaptasi dan modifikasi dari konsep
SCAMPER yang dikembangkan dalam dunia bisnis, tentu masih perlu dielaborasi
lebih jauh. Semoga bermanfaat dan selamat berkreasi dan berinovasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar