Tampilkan postingan dengan label Naskah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Naskah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 Januari 2014

MEMBUAT NASKAH ULASAN ILMIAH


 
MEMBUAT NASKAH ULASAN ILMIAH
(Ir. Rodhiyah, MM/Widyaiswara Kementan/PPMKP Ciawi – Bogor)
.
Widyaiswara sebagai salah satu jabatan fungsional yang ada di negara kita tercinta ini mengemban   tugas   untuk   meningkatkan   kualitas   sumber   daya   manusia   melalui pendidikan, pengajaran  dan atau   pelatihan  (dikjartih); dengan sasaran para Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta masyarakat umum sesuai tugas pokok instansi di mana Widyaiswara tersebut bekerja.
 
Untuk dapat melakukan tugas utama tersebut secara profesional, maka Widyaiswara dituntut memiliki kredibilitas tertentu. Kredibilitas dimaksud adalah   persepsi sasaran yang  berkaitan  dengan  tingkat  keahlian  dan  sikap  Widyaiswara  dalam  menjalankan fungsi pelayanan melalui proses pembelajaran.
 
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, maka kebutuhan sasaranpun semakin beragam. Maka   Widyaiswara dituntut untuk terus mengembangkan diri, agar keahlian kita dapat memenuhi kebutuhan (needs) mereka. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI). Karena KTI atau disebut juga   dengan   scientific   paper   merupakan   perwujudan   kegiatan   ilmiah   dengan menggunakan metode ilmiah yang dikomunikasikan melalui bahasa tulisan.
 
Penulisan KTI juga nampaknya menjadi permasalahan yang sering dihadapi para Widyaiswara dalam perolehan Angka Kredit.   Hal ini disebabkan antara lain pertama, karena menulis belum menjadi kebiasaan (habits), sehingga kegiatan ini dirasa sangat memberatkan.  Kedua,    apa  yang  terbayang  dalam  benak  Widyaiswara  yang  belum terbiasa menulis adalah bahwa yang ditulis harus sesuatu yang ”kompleks” sehingga membutuhkan  waktu yang relatif  lama serta pemikiran  yang kompleks pula.  Ketiga, penghargaan secara finansial lebih rendah (bahkan sering tidak ada) bila dibandingkan dengan penghargaan yang diperoleh pada kegiatan dikjartih. Keempat, belum adanya pengelolaan waktu kerja Widyaiswara secara ketat.
 
Melalui pembuatan KTI, kita dapat memperoleh keuntungan antara lain:
1. Terlatih dalam membaca secara efektif. Karena untuk menulis sesuatu, kita tentu akan mempelajari tulisan orang lain
2. terlatih mengabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang matang
3. terlatih  mengakses sumber-sumber informasi
4. meningkatkan keterampilan dalam menyajikan fakta secara jelas dan sistematis
5. memperoleh kepuasan intelektual
6. turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.
 
Macam-macam KTI bagi Widyaiswara
 
Dilihat dari segi kemasannya, ada 2 (dua) bentuk penuangan KTI Widyaiswara, yaitu dalam bentuk buku dan naskah. Keduanya dapat diterbitkan malalui media cetak; dan


khusus  untuk  naskah  dapat  pula  diterbitkan  melalui  media  eletronik,  yaitu  melalui website instansi di mana Anda bekerja. Mengapa harus melalui website instansi?. Karena sampai saat ini unduhan KTI melalui blog pribadi masih belum dapat disetujui untuk mendapatkan angka kredit.
 
Dari segi materi,  KTI  memuat  semua  permasalahan  tentang  kediklatan  yakni mencakup aspek penyelenggaraan diklat dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi serta metodologi kediklatan dalam arti luas maupun substansi diklat itu sendiri. Apabila Anda   akan   menulis   tentang   substansi   diklat,   maka   ambillah   topik-topik   yang berhubungan (baik secara langsung maupun tidak langsung) dengan materi yang Anda ajarkan.  Sedangkan  dari  segi  prosesnya,    materi  KTI  diperoleh  melalui  pengkajian, survey, evaluasi ataupun tinjauan/ulasan ilmiah.
 
Membuat Naskah Ulasan ilmiah
 
Berdasarkan pengalaman penulis, maka naskah yang berisi ulasan ilmiah merupakan bentuk KTI yang paling mudah dibuat. Dengan mengikuti format ilmiah yang sederhana, kita sudah dapat memperoleh satu tulisan. Bagi penulis pemula, nampaknya KTI jenis ini dapat segera dicoba.
 
Mengapa mudah?. Karena otak kita telah menyimpan cukup bahan baku yang siap untuk dituangkan ke dalam tulisan. Sebuah tulisan disebut ilmiah bila:
 
1.     Informasi yang ditulis mengenai hal-hal yang nyata dan teruji kebenarannya
 
2.     Ditulis   secara   sistematis   dan   benar,   baik   secara   tata   bahasa   dan gaya bahasa.
 
Bagi Anda yang sering bertanya-tanya bagaimana menuangkannya? Bagaimana formatnya?  Maka format berikut dapat Anda coba terapkan :
 
1.   Judul. Semua KTI tentu memiliki judul, demikian pula dengan naskah. Melalui judul, akan memancing pembaca untuk bersedia membaca tulisan Anda. Tentunya apabila sesuai dengan yang mereka butuhkan.
2.   Latar belakang . Di dalam latar belakang terutama menguraikan mengapa judul tersebut  diangkat.
3.   Manfaat. Berisi uraian keuntungan/informasi yang akan diperoleh oleh pembaca.
4.   Metodologi Penulisan. Berisi penjelasan cara tulisan Anda disusun. Misalnya
”naskah   ini   disusun   dengan   menyadur   tulisan   Pakde   Sofa   dalam   dalam http://massofa.wordpress.com/2009/12/08/konsep-dasar-komunikasi-persuasif/ kemudian diberikan penjelasan secara lebih rinci melalui contoh-contoh dalam proses  pembelajaran  sesuai  pengalaman  penulis,  guna  memberikan  informasi yang lebih mendalam”.
 
(Butir 2 sampai dengan 4 dapat digabung menjadi satu bab).


 
5.   Isi. Dapat berupa:
a.   Pengalaman pribadi, dihubungkan dengan tulisan pakar b.   tulisan orang lain, kemudian dilakukan pembahasan
c.   perpaduan tulisan orang lain dengan pengalaman pribadi
 
Isi tersebut memungkinkan hanya dituangkan dalam  satu bab saja.
 
6.   Kesimpulan. Berisi inti sari tulisan Anda.
7.   Penutup. Menyiratkan ajakan bagi para pembaca untuk mencoba menerapkan apa yang Anda sajikan  ataupun untuk mencari informasi lebih lanjut.
 
8.   Daftar Pustaka atau Daftar Bacaan/Referensi. Sebagai pertanggungjawaban atas apa yang kita tulis serta petunjuk bagi pembaca yang ingin mencari informasi secara lebih  mendalam.
 
Bagaimana Memulai?
 
Banyak cara memulai kegiatan menulis. Para pakar KTI pun banyak memberikan
”cara memulai menulis” dengan berbagai variasi. Berikut ini adalah salah satu cara yang dapat pula Anda coba, yaitu:
 
1.   Muntahkan saja apa yang ada dalam pikiran Anda. Jangan pedulikan tentang kesalahan ketikan/tulisan  ataupun bahasanya
2.   Pisahkan menjadi beberapa bagian. Kemungkinan pemisahan ini akan menjadi
judul atau ”sub-judul
3.   Gunakan  kata  bantu  5W  1H  (what,  who, when,  where,  why  dan  how)  untuk menguraiakan materi Anda
4.   Ingatlah, pada setiap satu paragraf hanya memuat satu pernyataan/permasalahan
5. Bila kurang yakin atau   perlu tambahan materi, atau perlu diperkuat dengan pendapat  pakar,  maka  carilah  melalui  fasilitas  pengaksesan  informasi  yang tersedia di sekitar Anda dan tentunya sesuai dengan kemampuan Anda
6.   Edit sesuai format yang Anda inginkan
7.   Kerjakan bagian yang dapat Anda lakukan. Berarti tidak harus urut per-bab atau sub-bab
8.   Beri judul sesuai isi naskah
9.   Resapi karya Anda, berterimakasih kepada Yanga Maha Pencipta dan apresiasi diri Anda sendiri.
 
Miliki Mentor, Buat Time Limit
 
Membuat  pekerjaan  menulis  menjadi  suatu  kebiasaan  bahkan  menjadi  hobby, tentunya bukan hal yang mudah. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menentukan seorang atau beberapa mentor. Mentor dalam hal ini bukan harus orang yang ahli dalam membuat KTI. Tetapi lebih ditekankan fungsinya sebagai ”pengingat”. Maka


pasangan Anda, anak, cucu, teman kerja, kerabat dapat bertindak sebagai mentor yang baik.
 
Untuk mendisiplinkan diri dalam menulis, kita dapat membuat time limit melalui beberapa cara. Salah satu cara ampuh dapatAnda  lakukan dengan mendaftarkan diri” kepada koordinatoriat Widyaiswara untuk menyeminarkan  karya pribadi, pada waktu yang Anda ditentukan sendiri. Melalui cara ini Anda akan ”dipaksa oleh diri sendiri” untuk segera menyelesaikan tulisan Anda.
 
Melalui seminar, Anda akan memperoleh beberapa manfaat. Pertama, tulisan Anda akan lebih sempurna karena   adanya masukan dari peserta seminar. Kedua, perolehan Angka Kredit dari tulisan Anda akan   lebih tinggi daripada bila tidak diseminarkan. Ketiga, kegiatan seminar itu sendiri memberi nilai kredit ( dua point untuk penyaji dan satu point untuk peserta).
 
Pada saat seminar kelak kemungkinan besar Anda akan ditelanjangi oleh para peserta seminar. Ditinjau dari pengalaman dalam membuat KTI, para peserta seminar dapat digolongkan paling tidak menjadi dua golongan, yaitu mereka yang telah banyak atau pernah menghasilkan karya ilmiah, dan  tidak sedikit pula yang baru memiliki teori teori hebat tentang KTI. Oleh karena itu Anda tidak perlu gentar!, hadapi mereka secara positive thinking. Tanamkan dalam benak Anda, bahwa Anda adalah Widyaiswara hebat. Karena telah berhasil menghasilkan karya istimewa, karya ilmiah. Tentunya dengan tetap membuka diri untuk menerima masukan.
 
Koleksi Bahan Baku Tulisan
 
Apakah setelah isi otak Anda dimuntahkan kemudian kini Anda kehabisan ide?. Tentu tidak!. Karena makin banyak isi itu kita tuliskan, makin banyak informasi baru masuk ke dalam otak kita. Hal ini layaknya penggambaran bagian tubuh seorang wanita yang berfungsi sebagai produsen ASI (Air Susu Ibu). Makin banyak dikeluarkan, makin banyak ia memproduksi ASI yang baru.
 
Selanjutnya usaha memperbanyak koleksi bahan baku tulisan akan semakin mudah Anda peroleh. Karena pada kenyataannya, sesibuk apapun seorang widyaiswara-tetap saja kita memiliki waktu senggang. Dalam moment yang seperti itu banyak hal yang kita lakukan. Berhubungan dengan penulisan KTI, maka kita dapat ”bersantai dengan mengakses sumber-sumber informasi. Bila mendapatkan topik yang sesuai, Anda dapat membacanya secara sepintas saja. Kemudian simpanlah pada file tersendiri. Semua ini adalah bahan baku Anda untuk membuat tulisan.
 
Selain searching informasi seperti tersebut di atas, Anda juga dapat memperoleh informasi ataupun ide dari kejadian-kejadian pada saat proses pembelajaran Anda. Beberapa  hal  dapat  Anda  catat,  misalnya  pertanyaan  peserta  diklat  yang  bermutu, menarik, aneh, yang belum dapat dijawab secara tuntas, yang lucu, menjengkelkan, dan lain sebagainya. Tidak ketinggalan interaksi Anda dengan teman sejawat, kerabat, handai tolan, masyarakat serta alam semesta dapat pula memberikan inspirasi baru.


 

Akhir kata...kualitas suatu karya, termasuk karya ilmiah akan kita peroleh dari proses satu ke proses yang lain, dari topik satu ke topik yang lain. Hingga akhirnya kita temukan kedekatan persepsi antara para pembaca dengan   penulisnya. Itulah karya ilmiah yang baik. Selamat mencoba!.

 

_

 

DAFTAR BACAAN

 

Dodi Mawardi. Cara Mudah Menulis Buku. Penerbit Raih Asa Sukses. Cimanggis- Depok. 2009.

 

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN- RI). Peraturan Kepala

Lembaga Administrasi Negara dan Kepala badan Kepegawaian Negara No.1 Tahun

2010 dan No.2 Tahun 2010   tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional

Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Jakarta. 2010.

 

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN- RI). Karya Tulis Ilmiah

Widyaiswara. Modul Pembelajaran Diklat Seleksi Calon Widyaiswara. 2008

 

O. Solihin:ayo-nulis.blogspot.com/2007/7/tehniknulis_artikel.html. Puji Arya Yanti: Pelitaku.sabda.org/tehnik_menulis_secara_umum.